All roads lead to you

















"Dengan ini kami nyatakan pernikahan ini sah!" Sekejab salam dan senyum mengintip, seperti sang mentari yang menyembunyikan diri dibalik awan gemawan. Pukul tiga lebih lima puluh sembilan sedang menuju titik empat, bersamaan dengan langkah-langkah berjingkat para tamu yang memberi salam untuk undur diri, rehat.

"Selamat ya Rose"

"Eh bagaimana dengan... eh maaf maaf, sudahlah.."

Rose tersenyum kecut, beberapa butir air matanya terlihat hampir menetes keluar namun segera ia celikkan dengan berpura-pura membetulkan rambut poninya yang jatuh menjuntai, hemmm.. apa yang akan aku lakukan? Gumamnya pias. Sekelebat terdengar derit suara meja dan kursi dilipat, membuatnya hatinya tercekat pada deretan timeline kehidupan beberapa saat yang lalu.

"Kau adalah yang terindah diantara gundah, yang membiusku dengan resahmu, menikungku dengan letihmu, mengecupku lewat dendangmu..."

"Ah gombal!" Rose menepuk mesra pipi White, lelaki tukang gombal (penyair) yang selalu menemaninya dalam keresahan hidup. Selalu hadir dan pasti hadir, hingga ia tak pernah habis pikir bagaimana mungkin lelaki itu dapat mengetahui saat-saat ia butuh pendampingan, dan bagaimana ia bisa selalu datang tepat waktu dengan syair-syairnya yang melenakan,

"Seperti malam-malam yang kita kunci dalam keletihan siang hari, indahlah bila jalinan kata-kata mengalir lewat udara, menuju dunia tempat kita berada, niscaya tak putus jalinan rasa kerana letihnya raga"

Klik, Rose menyalakan mp3 playernya. Senyumnya terkembang, pipinya memerah, nafasnya menyesah bersamaan dengan lantunan lagu dari Chicago, All Roads leads to you,

"To the north to the south it don't matter, every roads leads to you.. "

"Wherever i go...."

Direngkuhnya sebuah bantal tidur yang berukuran besar, seakan White hadir dan memberi kehangatan, seperti saat-saat ia tersandung gelisah dan gundah. Namun saat ini bahagia lebih meraja di udara hingga tak mungkin ia berharap ketukan-ketukan di pintu menggema, untuk tergesa-gesa ia buka dan memeluk kehadirannya,

"White.."

"Rose, how do my honey? My lovely rose?"

"Every time i told you i was just passing trough"

"It's a pitty ha ha ha"

Dan Rose pun terbawa suasana, merelakan lelaki itu untuk melayaninya, seperti biasa, membuat masakan untuk makan malam, menuangkan secangkir kopi hitam, lalu melegakan letih raganya lewat pijitan dan lantunan syair-syair gombalnya,

"Sedihlah aku karena telah rasakan hangatmu, betapa nikmat anggur telah menggarami jiwaku.. hingga aku terpikat erat, dan tak bisa berlalu. Bagaimana kini aku bisa mengaduh, sedang engkau tak ubahnya sebuah laju yang terus menari? Ketika hari turun senja, saat malam beranjak pelan.... Sungguh lara mendera jiwa, kar'na rindu yang tak bisa kutipu hanya dengan jepretan sebuah rana..."

"It's a pitty ha ha ha"

"It's a pitty ha ha ha"

"It's a pitty ha ha ha"

"Mrs Rose, mrs Rose, ini kunci mobilnya," seorang lelaki menyadarkannya dari lamunan panjang. Dikembangkannya sebuah senyum dengat sedikit paksa, menerima kunci itu, lalu beranjak pergi meninggalkan makam lelaki gombal yang ia tambatkan diri sebagai suami,

"Dasar gombal! Jalanku masih panjang, namun engkau sudah mengundurkan diri!"

All roads leads to you

wherever i go

everytime i told you: i was just passing trough

what my heart didn't know... was all roads lead to you

....*



djs (sama seperti yang telah saya posting di kompasiana)

Comments

:)