Cerpen, cerpen, cerpen?



















"Mak?"

"Ya..."

"Apa besok bapak pulang?"

Ay membelai mesra lembut rambut anak lelakinya. Pandang matanya sengaja dilempar jauh ke luar, melewati jendela, menuju awan, menggapai cakrawala. Bibirnya masih terkatup rapat, meski kedua lengannya diguncang-guncang keras oleh anak lelakinya. Mak! Mak! Mak! Teriak si kecil yang hanya jadi gaung kecil di telinga Ay. Entah gerangan apa, namun yang ia rasa hanya gaung kecil, gema yang lemah, tertimpa desiran angin senja hari.

"Mak!"

"Mak!"

"Makk!"

"Mas!"

"Mas!"

"Ya nak?"

"Ha ha ha ha... sadar mas. Kau itu tulis apa? Ini kopinya, pahit, tubruk, dan rasionya 12"

Plak! Ubud menepuk jidatnya sambil nyengir malu. Dilemparkannya pandangan ke mata wanita berambut panjang yang telah mengguncang lamunannya, lalu tertawa malu.

"Makasih kopinya, ini lagi buat cerpen"

...

Ay membelai mesra rambut poni anak laki-lakinya. Pandang matanya sengaja dilempar jauh ke luar, melewati jendela, menuju awan, menggapai cakrawala. Bibirnya...

...

"Cerpen?"

"Ya"

"Kamu yakin... ini cerpen?"

"Maksudmu?"

Wanita itu menjatuhkan pantatnya ke atas kursi lalu mengambil kertas, menuliskan beberapa paragraf yang merupakan versi edit dari penggalan paragraf cerpen Ubud, dan dibacanya pelan sambil tersenyum simpul seperti seorang biduan, sementara dari kejauhan terdengar lirih, Ordinary Worlddari Green Day*.

...

Aku belai mesra rambut anak laki-lakiku. Pandang matakusengaja kulempar jauh ke luar, melewati jendela, menuju awan, menggapai cakrawala. Bibirku terkatup rapat, meski kedua lenganku diguncang-guncang keras oleh anak lelakiku. Mak! Mak! Mak! Teriak lelaki kecil yang bergaung lemah di telingaku. Entah gerangan apa, namun yang aku rasa hanya gaung kecil, gema kecil, diantara desau angin senja.

....

"Hemm"

"Ya"

"Kamu yakin... ini cerpen?"

"Ya, biasanya begini, bukan begitu?"

"Maksudmu, harus pake "aku" ? Orang pertama?"

Wanita itu menggangguk, tersenyum kecil, antara yakin atau ragu. Ubud mengaduk kopi arabikanya, meletakkan senduk kecil, kemudian menghisap rokok kretek kesukaannya. Hufff... asapnya mengepul, tersembul, membentuk sebuah lingkaran.

"Woww, amazing!" kata si wanita

"Apanya?"

"Itu, kamu bisa buat asap melingkar?"

Ubud menghisap lagi rokok kreteknya, lalu menghembuskan asapnya keluar mulut, namun kali ini yang keluar biasa saja, tak berbentuk, hanya kepulan asap seperti biasanya.

"Ini nggak wow.. ha ha ha," kata si wanita

"Jadi kamu suka yang wow? Bukan yang biasa?"

"Iya dong..."

"Yakin?"

"Iya"

"Padahal kamu tadi bilang: Ya, biasanya begini, bukan begitu?"

"Eh, bukan begitu maksudku"

"Lalu?"

"Itu cerpen," Katanya sambil menunjukkan hasil tulisannya pada Ubud.

"Ha ha ha ha... Ini kopinya.... tidak biasa, maksudku, yang biasa orang minum, takarannya beda, pahit tanpa gula, tubruk, dan rasionya 12"

"Maksud mas?"

"Aku suka yang tidak biasa nona"

.

.

Kopinya pahit nona,

sungguh tidak biasa

dan kau sajikan tanpa gula,

sungguh luar biasa

luar

biasa

:)


djs (sama seperti yang telah saya posting di kompasiana)

Comments

:)