Kepada tanah-tanah yang menolak

















"Huh!"

Aku melihat seonggok teman yang berasal dari tanah telah ditolak oleh tanah, siapa yang salah? Kilatan-kilat dari tatapan penuh angkara dari para demurka yang seolah tak pernah tersaput doa, di dinding-dinding, gang-gang, jalanan kecil, pun rumah-rumah tempat Ia menitipkan berkahNya. Padahal sedikit-banyak hidung telah mencium bau doa pada dengus nafasnya!

Ya, katakan saja bahwa anjing adalah hidungku, tak layak adalah jalanku, namun baumu telah jadi canduku. Ketika telah sampai pada dahaga, sakau pun jadi sambungannya, nafasmu adalah doa bagai bunga yang sedang indah mekarnya!

"Dasar bangsat!"

Ah! Aku terpana, itu siapa? Dengus wangi bertato kasar seakan dua buah sisi yang saling bertolak belakang! Andaikan saja aku bukan anjing, tetapi rajawali yang melihat dengan teliti, tangan-tanganmu itu seperti mulut-mulut besar pemuat umpat, tak sepadan dengan... baumu, yang selalu jadi canduku, seperti dahaga hingga sakau akan bau doa bagai bunga yang selalu kau lantunkan!

Ah, mungkin ini hanya mimpi. Bahwa aku adalah adalah yang tidak berasal dari tanah sehingga tak layak dibaringkan seperti padi yang menancap di sawah. Bahwa segudang masalah akan jadi makian tetua dan muda-muda bila tanah mau menyerah lalu pasrah.

Ah! Aku terpana, itu siapa? Yang mencoba membela namun akhirnya berlalu tanpa sempat mengucap kata. Dari jauh kulihat dia menatapku bagai seonggok yang berasal dari tanah namun tak boleh bersatu dengan tanah, siapa yang salah? Gumamnya resah. Kilatan-kilat dari tatapan penuh angkara cepat-cepat menghantar perginya, seperti dinding-dinding, gang-gang, dan jalanan kecil tempat Ia menitipkan berkahNya.

"Sudah, sudah, kremasi saja! Lalu buang ke laut saja!"

"Betul! Betul! Bikin repot saja!"

Ubud mendengus pelan lalu bergegas pulang. Tak layak, sungguh tak pantas sahabat yang mati di tali gantungan jadi bahan umpatan, sesat! Sesat! Umpatnya setengah berlari. Tangisnya pecah terkenang matinya si abang karena bunuh diri tadi siang.

"Maaf bang..."

Baumu,

selalu jadi canduku,

seperti dahaga hingga sakau

akan doa bagai bebungaan...

yang selalu kau lantunkan!


djs (sama seperti yang telah saya posting di kompasiana)

Comments

:)