Merah jambu! Kuning keju!

















"Kiri bang, kiri"

"Aye neng!" Senyum bang Somad beradu keras dengan senyum tertahan Neng Lia. Ongkos angkot pun akhirnya jadi penutup. Mereka berpisah di ujung pasar pojok desa. Tak ada yang berbeda, masih sama, dengan senyum dan semangat yang mirip setiap hari. Layaknya seperti pasangan pelari estafet, yang satu berlari, yang lain menunggu. Hanya bedanya, kali ini mereka sama-sama menunggu!

"Yang merah ya Nyak! Yang biasa tuh"

"Siyap Neng, ehem ehem"

"Aduh batuk ya nyak? Di tendang aja ha ha ha," balas Neng Lia atas sindiran nyak Ati, penjual buah apel, langganannya sejak kecil, saat masih imut dan ingusan. Ia jadi ingat, saat itu hujan mulai turun akan tetapi buah apel merah kesukaannya masih dalam proses diturunkan dari truk. Mimik mukanya tak sabar, ingus turun naik, air liur sedikit menetes, matanya...

"Sabar ya neng cantik"

"Pengen... nyak"

"Iya, sabar atuh neng, bentar lagi juga selesai, nih ada yang merah jambu, nyak kasih gratis buat kamu"

"Merah jambu?"

"Iya merah jambu"

"Itu itu kan kesukaan Cici Nyak?"

"Iya kesukaan aku Lia..." sesosok gadis tomboi tiba-tiba saja menyela pembicaraan mereka. Sambil merebut apel merah jambu dari tangan nyak Ati, ia beranjak mendekati Lia, mengelap apel merah jambu itu dengan kaos lengan buntungnya, lalu memberikannya pada Lia,

"Aku mau yang kusuka buat kamu Lia," katanya. Lia hanya tersenyum senang, tak bisa bicara, tak bisa berpikir, sebab hanya buah apel, apel, dan apel yang ada di kepalanya. Hingga tanpa sempat dihindarinya, sebuah kecupan manis mendarat di pipinya,

"Cuppp"

"Kamu cantik Lia, aku suka, aku mau buah apelku buat kamu selalu..."

"Cici?"

"Cici?"

"Cici?"

"Nenggg Liyaaaa, woi sadar, sadar, sadar!" nyak Ati menggoyang-goyangkan pundak Lia.

"Eh, aduh maaf nyak, aku keinget ma Cici nyak, aku..."

"Sudahlah neng, dia sudah tenang disana," potong nyak Ati

"Iya Neng Lia, kan ada saya, ini abang bawain keju kuning buat masak kue lebaran neng," tiba-tiba bang Somad datang menyela sambil membawakan buah tangan istimewa. Lia tersenyum kecil, tak hendak menerima, pun tak mau mengecewakan lelaki ganteng yang sabar mengejar cintanya. Nyak Ati diam tertahan, mencoba menerka apa yang akan terjadi, sebab sudah lama dia tahu bahwa...

"Maaf abang, neng Lia masih cinta Cici, maafkan neng bang"



Merah jambu, kuning keju

tolong katakan padaku,

apakah senja kala hanya untuk mereka yang berbeda?
Merah jambu, kuning keju

tolong katakan padaku,

sebab kami sama, namun saling mencinta....


djs (cerpen ini sama seperti yang telah saya posting di blog Kompasiana

Comments

:)