Who do you think i am?


















"Hei!"

"Iya?"

"Jangan singkirkan itu dariku!"

"Siapa?"

"Kamu!"

"Oke, silakan dinikmati! Ingat ya, saya tak sudi bertanggung jawab atas akibat dan efek jangka panjang semua itu!"

"Heem...."

Srek srek srek.... Suara langkah terdengar makin lemah, semakin meninggalkan pendengaran Jim. Dihelanya nafas dalam-dalam sambil menimang-nimang sesuatu yang dibelanya mati-matian. Ya, tidak, ya, tidak... namun sepertinya lebih berat pada kata "ya", sebab dia sudah kuat mengakar sejak jam pertama kedatangannya, yang disambut dengan alunan nada romantis dari Yana Yulio,

"All i am is lonely like you, all i wanna do, is have dream come true...."

"Satu cangkir ya?" pintanya dengan suara sedikit bergetar

"Baik, segera saya buatkan. Maaf, sama seperti biasanya mas?"

Jim tersenyum tipis dan mengangguk. Tak sadar bibirnya tergiur melagukan nada yang teralun pelan,

"Don't you think maybe we have something special to be share... Well all i am is lonely like you..."

"All i am... All i am... All.."

"Mas! Mas! Mas!"

"Well all.. i... Hah?"

"Maaf mas, saya mengganggu lamunan mas, ini pesanannya, berikut secarik peringatan dari bos," pramusaji yang menggugah Jim, meletakkan pesanannya lalu dengan menggangguk pelan berlalu dari hadapan Jim.

"Wow.. ow ow owhh, jadi aku tadi melamun panjang? Untung saja, tak ada yang usil mengambil tas kesayangan ini, hemmhh,"

Senyum Jim mengembang, tak ada lagi "All i am all i am" lagi, yang ada hanya secangkir kopi Arabica dari Ethiopia, medium roosting, dan secarik kertas aneh. Tangannya bergerak riang mengambil sajian pahit kesukaannya lalu mendekatkannya pada sang hidung.

"Aroma arabica, arabica... ahh"

Sruput....

"Jadi kau masih menyukai yang pahit dan asam Jim? Belum bertobat juga? Apa yang enak dari rasa pahit dan asam? Bukankah lebih enak bila diberi sedikit gula dan susu supaya manis? Apa? Kamu masih belum bergeming juga Jim? Sadar Jim! Sadar! Aku sedang berbicara padamu! Pada tubuhmu! Hei Jim! Bangun! Bangun!"

"Apa? Siapa kau? Bagaimana kau bisa bicara?" Jim terkejut melihat kertas yang berbicara. Badannya terdorong jauh ke sandaran kursi, yang empuk.. Empuk.... empuk, yang lebih mirip bantal atau guling. Lalu perlahan semuanya berubah menjadi terang benderang, berwarna putih, dan berkilau, seperti pantulan cahaya matahari pada sebuah stetoskop.

"Pagi Jim, bagaimana kabarmu? Sudah enakkah tubuhmu?"

"Su su su... aduh," Jim tersadar namun belum dapat menggerakkan badannya. Pikirannya tercekat, belum mampu membedakan manakah yang nyata dan mimpi. Namun usapan lembut wanita berbaju putih perlahan meyakinkannya bahwa inilah kenyataan.

"Jim, Jim, aku beri obat dulu ya, ini sedikit menyakitkan, tapi akan menyembuhkanmu lebih cepat," kata wanita berbaju putih dengan kalung stetoskop itu lembut.

"Aduh..."




Who do yo think you see, when you look at me?

Is it somebody strong, somebody you could admire..

and who do you think i am, when i take your hand

Are you counting on me? to fill your dreams and your desire..

well...




Secangkir kopi arabica,

duhai adinda,

jangan samakan dia dengan sakit yang tengah meraja

Ini adalah rasa pahit yang sesungguhnya

bukan essence yang diberi nama kopi hitam seharga tigaribu saja



djs (sama seperti yang telah saya posting di kompasiana)

Comments

:)