Aku tidak selingkuh! Mana ku tahu!



(Sebuah cerpen berdasarkan sebuah lagu dari om Ari Laso, Mana Kutahu)
.

.

.


“Klang! Klinting!” suara keras obeng dibanting dengan keras

“Huh!”

“Ma.. maf Ya.. aku.. aku,” terbata-bata Sonya mencoba menenangkan Satriya

“Ya.. jangan.. pergi”

“Sonya? Apa-apaan sih kamu nih? Lagi ngapain kamu di sini? Itu siapa?” dari jauh Toni berteriak sambil cepat-cepat menghampiri Sonya

“Ciiit... brrummmmm”

Tanpa tersenyum sedikit pun, Satriya memacu cepat-cepat mobilnya, meninggalkan Sonya, perasaannya kacau balau, kecewa, marah, merasa dibohongi, dan malu jadi satu! Ia sangat malu pada lelaki itu, yang ternyata adalah kekasih Sonya!

Sementara itu, setelah Satriya pergi, Toni yang penuh emosi mencoba menahan amarahnya. Memang tak ada petir, tak ada hujan, namun hatinya merasa sangat rentan. Sangat mudah meledak, pun bila Sonya mengemukakan sebuah logika yang mungkin masuk di akal.

“Itu tadi siapa?”

“Te.. te. man kok, aku mau mengantarnya ke kafe buku kenalanku, tapi mendadak ban kempes, jadi...”

“Ah.. bohong! Kau mesra sekali kok tadi!”

“Sungguh Ton! Aku nggak bohong”

“Ah, sudahlah! Ayo kuantar kau pulang! Tapi ingat! Aku masih marah!”

“Ton?”

“Huh! Ayo!”

“......”


.

*** 

.

“Woii hati-hati mas! Nyetir mobil kayak pembalap!” teriak seorang lelaki paruh baya yang hampir saja terserempet mobil Satriya

“Ciittt.... Brakk,” buru-buru Satriya menepi, membuka pintu, menutupnya dengan cepat, lalu setengah berlari menghampiri orang tua itu dan mengucap salam,

“Siang pak, maaf, saya sedang emosi... Bapak baik-baik saja kan?”

“Ha.. ha.. ha.....”

“Pak?”

“Sini nak, ha.. ha.. ha.. baru kali ini bapak bertemu anak muda mau minta maaf setelah hampir menyerempet! Ha.. ha... ha... lucu! Lucu!”

“Saya salah pak, saya minta maaf”

“Ayo kita minum-minum dulu, itu angkringan! Bapak lihat kamu sedang emosi tinggi!”

Keduanya lantas beriringan menuju warung angkringan, memesan dua gelas es teh, dan beberapa tahu plus tempe bakar

“Namamu sopo nak?”

“Satriya pak...”

Dasar bapak-bapak yang bijaksana, dan Satriya yang memang seorang pemuda santun, akhirnya mereka jadi akrab, bertukar nomer telepon, dan meneruskan perbincangan yang garing menjadi perbincangan yang hangat, mirip perbincangan antara seorang anak dengan bapak. Satriya pun tak malu-malu menceritakan semua kejadian yang telah membuatnya menjadi sangat emosional. Si bapak hanya manggut-manggut,

“Sabar nak, kamu anak yang baik.. suatu saat semua akan jadi jelas buatmu..”

“Makasih pak, maaf sudah sore, saya harus segera pulang, kapan-kapan saya pasti bertandang ke rumah bapak”

“Oke.. oke sip! Santai saja nak! En jangan ngebut ya! He.. he..”


.

*** 

.

Sore yang cerah, langit-langit memerah dan membiru, memberi efek siluet yang indah pada awan-awan di langit. Dua insan yang sedang dilanda galau tiba di sebuah rumah, rumah si wanita, ialah Sonya. Tanpa sepatah kata pun, Toni bangkit berdiri, memencet bel rumah, dan mengucap salam,

“Sore bu...”

“Eh nak Toni ayo masuk dulu.. Sonya, bikinin minum dulu dong, sana cepat!”

“Terima kasih bu, tapi... maaf, saya sedang terburu-buru, ada janji dengan teman bisnis, saya permisi ya bu?”

Walah... ya sudah, hati-hati ya nak, salam buat ibu dan bapak di rumah”

“Baik bu..”

“Brummmm.......”

“Srek.. srek... srek...,” Sonya keluar dari dapur membawa minuman, namun tak didapatinya Toni

“Bu? Mana mas Toni?”

Lah bukannya tadi dia sudah bilang kalau lagi buru-buru?”

“Engg.....”

“Weleh weleh... ono opo tho nduk?” (ada apa tho nak)

Sonya tak mampu lagi berdiri lebih lama, dibawanya dengan cepat minuman buatannya ke dapur, lalu segera berlari masuk ke kamar, menangis!


.

*** 

.

“Kring... kringg...,” sebuah sms masuk ke hapenya

“Kamu nggak jujur! Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu sudah punya kekasih? Aku malu sama cowokmu! Aku bukan tipe lelaki brengsek yang suka merebut pacar orang! Sudah, jangan temui aku lagi! Sampaikan permintaan maafku pada cowokmu!”

“Satriya? Kamu kok....,” Sonya tak bisa menahan tangisnya, ia sangat menyesal telah mencoba menduakan kekasihnya, namun apa daya yang diharapkannya sungguh sangat bertolak belakang, semua jadi berantakan!

“Ya, aku minta maaf.. aku sayang kamu..” Sonya membalas

“Aku tak tahu, walau aku masih ingin menunggu putusmu..” balas Satriya

“Selesaikan dulu urusanmu dengan pacarmu..” balas Satriya lagi


.

*** 

.

Oh.. seorang satriya sedang dilanda murka, 

mengapa dunia sangat kejam padanya? 

Menipu kebaikan hatinya dengan seonggok cinta.. 


duh seorang Sonya tak ada puasnya mencari cinta 

mengapa dunia membiarkannya? 

Membagi cinta, memintal benang kusut perasaan manusia.. 


adalah sebuah frasa dalam taman sang Raja, 

: “Kesetiaan adalah sebuah rahasia, dan cinta adalah bumbunya 

namun kudapan he-hijauan mematikan kepuasan rasa..” 


tahukah kau maknanya? 




Jogja, 31 Maret 2012

speechless,

be wise

@bowo bagus

+back-song, Ari Laso, Mana Kutahu, copyright by Ari Laso

Comments

:)