Tuan bersayap yang panggilku "om"

@bowobagusphoto


















“Deal!”

“Hah?” aku hampir tak percaya! Inilah customer pertama yang tak banyak tanya lalu seperti biasa mengakhiri perjumpaan dengan kalimat baku, “Besok saya kabari mas, makasih ya”. Benakku bergejolak, rasa liar yang bersekutu dengan dentuman-dentuman aneh menjalar pelan di sekujur tubuh, siapakah lelaki berbaju putih mengilat itu? Senja masih jauh dari malam, sekomplot dengan jam tangan di pergelangan yang menunjukkan pukul tujuhbelas. Kuhentakkan kaki tiga kali, seperti anjuran para senior setelah sukses mendapat satu klien atau customer. Satu lagi terjerat, duh, aku merasa getir.

“Deal!”

“Deal!”

“Hah?”

“Deal ni ye, ayo makan-makan bro! Ayam bakar yak?”

“Hah?”

“Hah heh hah heh, sadar! Sadar eui!”

Mendadak aku tersadar dari lamunan tentang lelaki berbaju putih yang jadi curhatanku sejak pagi tadi pada Ando, sobat gila dari seberang. Ia nampak terkekeh-kekeh melihat raut mukaku yang pucat pasi, mirip pasukan perang yang belum sarapan.

Plak!

“Sudahlah pren!” ia melanjutkan,

“Gua tahu lu masih kecil gaji en komisi dari kerjaan jualan kartu kredit, gak usah dipikirin sampe pucat gitu muka lu! Gua becanda kok. Ha ha ha ha! Gua yang traktir lu aja!”

Srekkk

“Ya tuhanku!” ia mengeluarkan banyak lembaran merah

“Dari mana tuh duit?”

“Kamu kan tukang foto ger.....”

“Ssstt!” Ia memberi tanda agar aku diam saja lalu dengan cepat menghambur menuju kamar mandi dan menutup pintunya dengan kuat, Brak!

“Deal!”

Hah, aku dimana? Mana sobat gila dari seberang? Bagaimana aku bisa kembali ke senja di tepi dermaga dan bertemu dengan lelaki berbaju putih mengilat itu? Bukankah ini kejadian kemarin? Aku memutar-mutar kepala dengan wajah makin pucat, mencubit-cubit lengan, namun aneh, terasa sakit!

“Deal!”

“Om?” sapanya ramah, “Anda baik-baik saja?”

“Eh, iya, iya”

“Tidak, Anda terlihat pucat!”

“Kamu tidak suka kalau saya ambil kartu kredit dari kamu? Baiklah..”

“Bu bu kan..” jawabku panik

“Si siapakah Anda sebenarnya pak?”

“Aku? Aku om? Ha ha ha, tenang sajalah, aku hanya pemimpin yang harus memberi uang atas anggaran-anggaran siluman seperti....”

“Sadar! Sadar eui!” mendadak aku tersadar dari lamunan tentang lelaki berbaju putih yang jadi curhatanku sejak pagi tadi pada Ando, sobat gila dari seberang. Ia nampak terkekeh-kekeh melihat raut mukaku yang pucat pasi, mirip pasukan perang yang belum sarapan.

Plak! “Sudahlah pren!” kulihat ia masih saja asyik menghitung uang sisa anggaran.






Jogja, 25 Agustus 2016

djeng sri

bukan siapa-siapa








Comments

:)