Setan berbisik,

multiple exposure [c] bowobagusphoto



Setan berbisik saat kulenggangkan kaki keluar menyusuri lorong-lorong rumah sakit yang panjang
dan lengang. Ia susupkan kalimat-kalimat sakti penuh logika manusia bersama dengan bunyi tik tik tik jarum panjang jam dinding. 

"Hei mana mungkin hanya memakan waktu beberapa bulan?"

"Kamu pernah belajar Biologi nggak?"

"Jangan pura-pura tuli, sadari, sadarilah... bahwa ada yang tak beres dengan mereka. Ayolah John..."

"Ah?" Aku hanya terperangah, terdiam, dan mencoba mengubur jauh-jauh prasangka buruk yang tiba-tiba mendesak hebat, keluar dari sisi kiri. Aku mengistirahatkan pantat ke atas kursi tunggu sambil menutup telinga rapat-rapat.

"Pergi! Pergi! Jangan masuki telingaku!"

"Ayolah John, jangan pura-pura buta, sadarilah... bahwa ada yang tak beres dengan mereka. Ayolah John pikirlah dengan logikamu, mana mungkin hanya beberapa bulan?"

"Pergi! Pergi! Plea..." teriakannku tercekat oleh jalinan suasana ruang bersalin Mona yang ia hadirkan tiba-tiba di depan mata.

.... Aku menyalaminya, memuji-muji keelokkan anak pertamanya. Kelahiran normal yang sangat lancar, setelah resepsi pernikahan besar tiga bulan yang lalu. Sekotak pakaian bayi kuletakkan di meja sambil kubisikkan di telinganya,

"Untung feelingku bener kalo anakmu cowok he.. he.. he.."

"Cakep kan? Kayak suamiku..," jawabnya gembira. Lalu tiba-tiba handphoneku berdering, sebuah alarm pekerjaan mengingatkan untuk segera mengucap salam, dan melenggang pulang. Tak ada hal negatif yang mampir di dalam otakku, hanya puja dan puji bahagia bagi sahabatku dan putrinya yang baru saja lahir.

...

"Hei mana mungkin hanya memakan waktu beberapa bulan dari pernikahan? Sadar John! Ingat!"

"Ah?" aku tersadar dari lamunan dengan tangan memencet-mencet kalkulator digital dari handphone, "Yak ampun, betul.. hanya beberapa bulan, seharusnya sembilan bulan lebih, atau..."

"Nah betul khan John?"

"Apa? Apanya yang betul?"

"Betul bahwa sahabatmu itu... eemmmhhhh"

"Ehm? Maksudmu MBA?"

"Ah dasar setan! Pergi! Sohibku orang baik-baik, mana mungkin MBA!"

Kakiku melangkah cepat menuju parkir mobil yang terletak di belakang rumah sakit bersalin itu. Setelah menyalakan mesin dan membayar biaya parkir, pedal gas kuinjak keras sambil berteriak-teriak memaki-maki bisikannya yang terus saja datang memasuki telinga kiriku.

"Ciiiittttt...."

"Damn!" hampir saja seorang pemotor kutabrak karena memotong jalan mendadak tanpa memberi lampu sein. Terengah-engah kupinggirkan mobil menuju sebuah rest area.

"Heiii Johnnn...."

"Diam!"

"Johnnn....."

"Diiiiiiiiiiaaaaaaaaammm!"

"Bukalah matamu sayang.."

"Heeeeeeeeeeehhhhhhhhh!" aku marah, namun mengikuti perintahnya

"Oh gila! Aku gila! Aku gila!" kaca depan mobilku penuh tontonan kejadian-kejadian masa laluku. Ia mempertontonkannya tanpa jeda, bahkan sebuah kejadian saat aku dan sahabatku berjalan-jalan ke pantai berdua.

Lalu ia berbisik lagi, "Betul kan John?"

"Hei! Betul apanya?"

"Itu John... buat apalagi kalo bukan.. untuk mengg... ehem.."

"Apa maksudmu setan?"

"John! Buka matamu, dengarlah! Tak perlu bersusah payah untuk menggugurkan kandungan tetapi kegiatan yang yang sangat melelahkan, naik turun, seperti itu sudah mampu membuatnya...."

"Keguguran maksudmu?"

"Hemm.. akhirnya kau tahu maksudku John..."

"Huh!"

"Jadi John... karena tak berhasil keguguran.. akhirnya mereka menikah.. begitu kan John?"

"Hah? Tidak! Tidak mungkin!"

"Tapi semua terjadi begitu cepat John... Aku tahu.."

"Tahu apa?"

"Bahwa kau pernah diam-diam memuji dadanya yang berubah jadi lebih besar...."

"Eh..."

"John... lihat John.. tanda-tanda lahirilahnya John..

" John...."

" John...."

" John...."

.

.

 ia telah berbisik 

apa yang kau dengar? 

Apa yang kau lihat? 

Hemmh..

 ia telah berbisik 

apa yang kau sangkal? 

Apa yang kau pertahankan? 

.

.

Jogja, 6 mei 2013

@bowobagusphoto

Comments

:)