I Swear...

(c) bowobagusphoto


















"John, John! Ini punyamu ketinggalan"

"Bukan, bukan punyaku!"

"John, maaf, dilarang meninggalkan barang di kedai kopi ini." Seorang lelaki kurus, manajer kafe, menepuk-nepuk pundak John sambil menyerahkan bungkusan bertuliskan: "Ini milik John". Ada apa dengan kedai kopi ini? John mengumpat dalam hati. Ditinggalkannya tempat itu cepat-cepat. Ulah siapa ini? Ia sangat kesal. Motor bututnya dipacunya kencang-kencang.

Tin, tin, tin! Suara klakson menyalak disamping John

"John, john? Anda mas John kan?"

"Ini milik Anda, seseorang menyuruh saya memberikannya untuk Anda."

John terpaksa menerima pemberian orang asing yang berhenti di sebelahnya, di lampu merah, kira-kira seperempat perjalanan dari kedai kopi menuju rumah. Kurang lebih tiga ratus meter kemudian ia menepi untuk membuka bungkusan pemberian orang asing tadi.

Srek srek srek

"Astaga!" Ia terperanjat mendapati tulisan yang ditulis dengan huruf kapital: "JANGAN DIBUKA SEKARANG, PERJALAN MASIH JAUH"

"Apa ini?"

ciiittt... bunyi rem berdecit.

"Bang John? Bang John, ini milikmu, aku taruh di sini ya, bye!"

srekk srekk suara langkah kaki mendekat dengan cepat.

"Dik John? Ini pasti milikmu, nih ada namamu?

Hi hi hi, terdengar tawa renyah anak-anak,

"Pakdhe! Pakdhe! Ini untukmu..."

"Astaga! Astaga! Astaga!"

"Ahhhhhhhhhhh!" John berteriak, lalu melolong seperti orang kesurupan, sementara satu demi satu bayang-bayang orang dengan berbagai macam tipe datang silih berganti memberinya barang, entah berbentuk bungkusan, tas, kardus, dan banyak lagi. Motornya jadi tak cukup untuk membawa semuanya. Ia terduduk lesu di samping motor bututnya.

"Dik John? John?"

"Hapa? Siapa kamu? Kamu mau kasih aku barang juga? Udah-udah, pergi-pergi!"

"Ahhhhhhhhhhh! Suuuuuuuuuuuu!" John berteriak lagi, namun kali ini sebuah sapaan lembut masuk telinga kirinya,

"John, John, tenang, tenang ya, kamu aman disini, ini diminum dulu ya?"

"Loh, loh, astaga! Ini aku dimana? Mana motorku? Mana barang-barangku? Ke-kenapa aku berada di sini?"

"Sabar John, Tenang, santai mas broh. Tak ada orang yang minta diberi beban, keadaan atau sebuah keadaan yang kurang baik. Sabar ya, yuk ini diminum dulu, ini obat gak pahit kok...."

John melihat wanita berbaju putih bersih di depannya dengan penuh kebingungan. Diterimanya beberapa butir obat untuk ditelan. Dua bola matanya tak berhenti bergerak, memelototi semua yang berwarna putih. Sebuah gelang bertuliskan sebuah kode numerik dan namanya menghentikan gerakan matanya.

"Bu, mbak, eh dokter ya?"

"Iya John..."

"I swear, aku tak pernah meminta barang-barang ini, tapi semua ini datang begitu saja tanpa aku pesan, aku nggak bisa menghindar, tapi.... Sungguh, aku nggak memesannya."

"Dan.... Ini aku dimana? Bagaimana aku bisa di sini?"

"Hemh, sudah, sudah mas, istirahat dulu saja ya? Lupakan saja barang-barangmu," wanita berbaju putih lalu pergi sambil meninggalkan senyuman manis. Sayup-sayup John mendengar wanita itu berkata,

"Suster, suster, kalo saudara John berteriak-teriak lagi, tolong beritahu saya ya?"

Beberapa wanita dan lelaki berbaju putih menggangguk mengiyakan. Dibalik sebuah tulisan: "Rumah Sakit Jiwa, Harap Tenang" samar-samar terdengar lemah suara John,

"I swear, aku tak pernah meminta barang-barang ini, tapi semua ini datang begitu saja tanpa aku pesan, aku nggak bisa menghindar, tapi.... Sungguh, aku nggak memesannya."

"I swear, aku tak pernah meminta barang-barang ini, tapi semua ini datang begitu saja tanpa aku pesan, aku nggak bisa menghindar, tapi.... Sungguh, aku nggak memesannya."

"I swear, aku tak pernah meminta barang-barang ini, tapi semua ini datang begitu saja tanpa aku pesan, aku nggak bisa menghindar, tapi.... Sungguh, aku nggak memesannya."

"Ssst, ssssttt.... Sudah, sudah John, sudah ya John..."







Jogja, 4 September 2019

bbp/djs

#akutidakpernahmemintanya

Comments

:)